Jakarta, 2 Juni 2017— Sebelumnya mungkin kita akan membayangkan karya-karya yang telah dipajang rapi ketika memasuki ruangan Galeri Nasional Indonesia. Namun, berbeda dari pameran-pameran sebelumnya yang berbasis objek, kali ini kita akan disuguhkan sebuah pameran yang tidak biasa dimana para seniman akan berkarya pada saat pameran dan berinteraksi langsung dengan hadirin yang hadir pada saat itu. Hadirin yang hadir diharapkan dapat berbagi pandangan, mengajukan pertanyaan dan secara aktif berinteraksi dalam proses penciptaan karya seni. Dengan kata lain, pameran yang didakan kali ini adalah pameran yang berbasis proses.
Sembilan seniman, empat kurator, dan audiens menciptakan seni serta mengambil peran dalam diskusi mengenai Asia Tenggara dalam waktu 2 minggu. Seniman yang terpilih untuk mengikuti program ini adalah Azam Aris (Malaysia), Fajar Abadi (Indonesia), Nuttapon Sawasdee (Thailand), Thuy Tien Nguyen (Vietnam), Tan Vatey (Kamboja), Renz Lee ( Filipina), Kaung Myat Thu (Myanmar), Leonard Yang (Singapura), dan Noy Xayatham (Laos). Kurator pameran adalah Henry Tan (Thailand), Sally Texania (Indonesia), Chum Chanveasna (kamboja), dan Rifandy Priatna (Indonesia).
Payung besar kuratorial dari Mutual Unknown mengacu pada kenyataan Asia Tenggara yang masih membutuhkan pembelajaran mengenai kondisi satu sama lain, masih menempuh perjalanan untuk saling mengenal dan saling memahami konteks untuk mampu maju bersama. Dengan perhatian pada permasalahan tersebut, proyek ini bermaksud menjadi fasilitator dari pertanyaan kita bersama mengenai regionalitas Asia Tenggara. Lebih detail, pameran ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan antara lain; sebagai bangsa di Asia, apakah kita memiliki “pemikiran regional“ bersama?. Bagaimana sebuah pameran dan kegiatan berkesenian menciptakan kesempatan diantara jaringan yang sporadis dan kepentingan yang beraneka ragam?, bagaimanakah sebuah pameran menjadi simulasi dari cara manusia Asia Tenggara bertetangga?.
Mengenai Latar Belakang Mutual unknown
Proyek ini merupakan hasil dari program pertukaran selama dua tahun yang disebut “Curators Lab” yang terdiri dari 14 kurator muda Asia Tenggara yang diselenggarakan oleh Goethe Institute Jakarta. Curators Lab bersatu sebagai sebuah kelompok didasari oleh alasan kesamaan geografis, yang mungkin terasa ambivalen. Istilah ”Asia Tenggara” sebagai istilah yang berkembang dalam periode perang dingin dampaknya masih dapat dilihat secara fisik di wilayah tersebut meskipun penduduk wilayah tersebut tidak diajarkan tentang hal ini secara formal.
Program Curators Lab merupakan sebuah perjalanan para kurator dan dewan penasehat mereka mengunjungi institusi seni di Bandung, Berlin, Frankfurt, Koln and Kassel. Selama periode tersebut mereka mempelajari berbagai bentuk institusi dan di waktu yang sama berbagi ide pemikiran mengenai bagaimanakah menggelar sebuah pameran di Asia tenggara?.
Melalui dialog ini,anggota kurator menyadari bahwa mereka tidak sepenuhnya terikat oleh titik acuan yang sama namun sebaliknya, keberagaman area mengandung ‘ketidaktahuan bersama’ karena tidak adanya bahasa bersama dan hubungan sejarah yang seringkali bersitegang dikarenakan berbagai batasan yang diwariskan oleh sejarah kolonialisme. Kita terikat di dalam sebuah daerah yang masih kental akan perkembangan identitas regional yang unik.
Diantara kurator-kurator tersebut, hubungan yang dibangun bukanlah sebagai representasi diplomatik atau otoritatif, melainkan sebuah hubungan antar individu. Dimana para peserta cenderung menggunakan intuisi untuk memahami satu sama lain tanpa mengetahui sejarah satu sama lain secara spesifik. Terjalin persahabatan yang dapat melampaui fakta-fakta bahasa dan bagaimana para kurator mendefinisikan makna ‘wilayah’ yang masih ’terbuka untuk di diskusikan’. Berdasarkan pengalaman tersebut, sebagai alternatif dari pameran berbasis regional, proyek Curators Lab mencoba memfasilitasi sebuah program yang berkesinambungan bertajuk Mutual Unknown.
News
https://www.republika.co.id/berita/oqzc59280/pameran-seni-eksperimental-seniman-muda-asia-tenggara
https://indoartnow.com/exhibitions/mutual-unknown
https://mediaindonesia.com/weekend/111062/seni-eksperimental-seniman-muda-asia-tenggara
https://tirto.id/karya-seniman-muda-asia-tenggara-di-pameran-mutual-unknown-cpYv
https://nowjakarta.co.id/art-and-culture/arts/behind-the-scenes-of-an-art-exhibition